Esensinews.com – Tubuh Aretha Franklin memang berbaring dalam peristirahatan terakhirnya pada hari Selasa lalu, tetapi suara khasnya masih terus terdengar dari pengeras suara yang ada di luar sebuah museum di Detroit.
Suara Aretha tersebut menggerakan para penggemarnya untuk ikut bernyanyi bersama, sementara yang lainnya menangis saat berbaris untuk melihat “Queen of Soul” yang terakhir kalinya.
Aretha meninggal minggu lalu pada usia 76 tahun akibat kanker pankreas yang dideritanya di Detroit, tempat ia memulai kariernya dulu.
Suaranya yang sangat khas dan dipenuhi dengan emosi, menjadi standar tersendiri bagi penyanyi lain, tetapi bagi penggemarnya suara Aretha menjadi sebuah sejarah tersendiri.
“Aretha membuat banyak wanita untuk melihat diri mereka secara berbeda dan banyak mengubah bagaimana pria memandang wanita”, ungkap Alma Riley, 67, setelah ia mengantre hampir 3 jam di luar Museum Charles H. Wright – African American History.
Dari jauh, terlihat tubuh Aretha berada di dalam peti—berlapis emas—yang terbuka dan tampak bersinar di bawah langit-langit kubah kaca rotunda. Ia mengenakan gaun dan sepatu berwarna merah, selaras dengan lipstik dan anting yang ia kenakan.
“Forever Our Queen”, tertulis pada sebuah spanduk di museum.
Penggemar yang datang pun berasal dari beragam daerah, salah satunya Ann Fortson (63) yang telah mengemudi selama 7 jam dati Charleston, West Virginia.
Aretha sang putri pendeta ini pertama kali menduduki puncak tangga lagu pada tahun 1967 dengan lagunya, “Respect”, sebuah lagu yang menjadi penggerak para feminis dan pemerhati hak-hal sipil.
Chaka Khan, Jennifer Hudson, Ronald Isley, dan Stevie Wonder, rencananya akan bernyanyi di pemakaman Aretha pada hari Jumat di Greater Grace Temple, Detroit.
Mantan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton – yang pada pelantikannya tahun 1993 dinyanyikan sebuah lagu oleh Aretha – juga akan menjadi salah satu pembicara. Demikian dilaporkan Reuters.
Berbagai sumber