Esensinews.com – Kementerian Pertahanan Rusia mengungkap persiapan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya untuk meluncurkan serangan udara terbaru terhadap Suriah.
Menurut kementerian itu, kelompok teroris juga telah bersiap melakukan serangan senjata kimia untuk memfitnah rezim Damaskus yang dijadikan dalih Washington guna membombardir negara Arab tersebut.
Sama seperti serangan April 2018, sekutu Amerika yang disebut akan menggempur Suriah lagi adalah Inggris dan Prancis.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengatakan, kapal perang USS The Sullivan kelas Arleigh Burke yang dibekali sistem pertahanan rudal Aegis sudah dikerahkan ke Teluk Persia beberapa hari yang lalu.
Data kementerian tersebut menyatakan, kapal USS The Sullivan memiliki 56 rudal jelajah.
Sebuah pesawat pembom supersonik Rockwell B-1 Lancer AS, yang dilengkapi dengan 24 rudal jelajah, juga telah dikerahkan ke Pangkalan Al Udeid, Qatar.
Sedangkan kelompok teroris yang sedang mempersiapkan serangan senjata kimia untuk provokasi itu adalah kelompok Front Al-Nusra, yang sekarang dikenal sebagai Tahrir al-Sham. Kelompok ini beroperasi di Provinsi Idlib, wilayah Suriah barat laut.
Untuk melakukan serangan guna memfitnah rezim pemerintah Presiden Bashar al-Assad, sekitar delapan tabung klorin dikirim ke desa dekat Kota Jisr al-Shughur.
Masih menurut Kementerian Pertahanan Rusia, Sekelompok militan terpisah, yang disiapkan oleh perusahaan keamanan swasta Inggris, Olive, juga telah tiba di daerah itu. Kelompok itu menyamar sebagai sukarelawan dari kelompok White Helmets (Helm Putih) dan akan mensimulasikan operasi penyelamatan yang melibatkan penduduk setempat yang dinyatakan terluka dalam serangan senjata kimia.
Pernyataan Konashenkov juga mengacu pada komentar terbaru Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton, di mana dia mengancam akan membombardir Suriah. Komentar Bolton disampaikan pada 22 Agustus lalu.
“Jika rezim Suriah menggunakan senjata kimia, kami akan merespons sangat kuat dan mereka benar-benar harus memikirkan hal ini sejak lama,” katanya.
Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov memperingatkan Washington terhadap langkah-langkah sembrono baru di Suriah.”Kami mendengar ultimatum dari Washington, termasuk yang dibuat di depan umum,” kata Ryabkov mengacu pada ancaman militer Bolton terhadap rezim Suriah, seperti dikutip dariĀ RIA Novosti, Minggu (26/8/2018).
Menurut Ryabkov, AS bertujuan untuk mendestabilisasi Suriah dan menciptakan dalih baru untuk perubahan rezim di Damaskus. “Sekali lagi, kita menyaksikan eskalasi serius dari situasi (di Suriah),” katanya.
Pada bulan April 2018, AS, Inggris dan Prancis membombardir Suriah. Serangan udara itu dilakukan sebagai tanggapan atas dugaan serangan gas klorin di Douma pada 7 April, di mana Barat menyalahkan pemerintah Assad sebagai pelakunya.
Operasi dimulai beberapa jam sebelum tim dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dijadwalkan tiba di kota Douma.
Saat itu, sistem pertahanan Suriah diklaim menghalau sekitar 71 dari 103 rudal jelajah dan rudal air-to-surface yang diluncurkan pada sasaran sipil dan militer oleh trio Barat. Namun versi Pentagon, banyak serangan ratusan rudal AS dan sekutunya yang tepat sasaran.
Berbagai sumber