Esensinews.com – Salah satu perusahaan terbesar di dunia yang bermarkas di Amerika Serikat (AS) Apple Inc, berhasil menobatkan diri sebagai perusahaan raksasa di negeri Paman Sam.
Kendati usaha ini berawal di garasi mobil pada empat dekade lalu itu menembus angka USD1 triliun (Rp14.487 triliun, kurs Rp14.487 per dolar) pada akhir pekan ini. Sampai Kamis (2/8), saham Apple naik 2,9% mendekati USD207,39 di Bursa Saham NASDAQ.
Kini nilai perusahaan ternama ini dipasaran mencapai USD1,002 triliun. Saham-saham perusahaan raksasa di sektor teknologi lainnya—seperti Amazon.com Inc, Alphabet Inc, dan Microsoft Corp—juga menunjukkan ke naikan, yakni mencapai lebih dari USD800 miliar.
Apple secara konsisten menunjukan taringnya sejak didirikan pada 1976. Perusahaan ini paling berjasa memajukan dunia komputer sebelum mendominasi produk perangkat keras, perangkat lunak, dan aplikasi.
Diketahui angka penjualan iMac, iPod, iPhone, dan iPad sangat tinggi di seluruh dunia. Tercatat di kuartal pertama dan kedua saja, iPhone mampu terjual mencapai 129,5 juta unit di pasaran. Tak bisa dipungkiri semua ini berkat mantan CEO Apple mendiang Steve Jobs yang hingga kini masih menjadi roh perusahaan tersebut.
Sampai kini, Apple tetap unggul karena mampu menyinergikan berbagai produk dan memastikan kebutuhan pelanggan terpenuhi. Dengan kunci tersebut, Apple menjadi pemenang dalam inovasi produk, pemasaran, dan penjualan. Karena itu tidak aneh jika produk Apple selalu satu langkah lebih canggih.
Ketika Jobs meluncurkan iPhone pada awal 2007, teknologi layar sentuh, bulit-in music player, web browser, dan e-mail menyebabkan BlackBerry mulai bangkrut. “Tidak ada perusahaan yang melakukan eksekusi sedetail Apple,” ujar Tony Fadell yang menciptakan digital music player iPod seperti dikutip bloomberg.com.
iPhone merupakan produk yang mengangkat nilai jual Apple pasaran. Produk tersebut tercatat paling sukses hingga saat ini. Smartphone bersistem ope rasi iOS itu terjual lebih dari 1,3 miliar unit dalam kurun waktu kurang lebih 11 tahun.
Sementara, penjualan iPhone juga menghidupkan perekonomian aplikasi digital yang terus tumbuh dengan pesat di dunia smartphone. Raihan cemerlang Apple saat ini tentu berkat kerja keras. Pada 1980-an dan 1990-an, Apple tidaklah sesukses sekarang.
Pada tahun 1985 Jobs sempat mengundurkan diri setelah bertengkar dengan dewan direksi dan CEO John Sculley. Namun dua tahun kemudian, Jobs bergabung kembali. Dibantu kepala desain Jony Ive dan kepala operasi Tim Cook, Apple berhasil selamat dari ambang kebangkrutan dan berubah menjadi perusahaan raksasa seperti sekarang.
Editor : Divon