Pidato politik SBY pasca ketemu Prabowo sangat menggelikan. Ada lima hal yang SBY soroti yaitu sebab :
1. Kritik SBY soal ekonomi justru menampar mukanya sendiri. Bukannya selama 10 th berkuasa SBY mengumbar subsidi bbm dan listrik yang berdampak fatal pada fiskal apbn? Lupa ya? Berapa ratus trilyun uang rakyat yang dipakai mensubsidi BBM dan Listrik yang jelas salah sasaran? Apa SBY lupa, di jamannya yang konon katanya krisis keuangan Bank Century akan berdampak sistemik dan sistematis pada perekonomian Indonesia, sehinga negara harus menalangi liquidasi Bank Century yang ternyata uangnya hanya dirampok? Perekonomian yang bagaimana yang dimaksud SBY?
2. Radikalisme, ekstrimisme dan terorisme, SBY sepakat harus dihentikan. Koq baru sekarang ngomongnya? Bukannya hal itu tumbuh sumbur di jamannya, karena dari mereka SBY mendulang suara? Tiada hari tanpa pembantaian orang ahmadiyah, tiada hari tanpa pembantaian saudara-saudara kita yang beragama nasrani saat menjalankan ibadahnya. Statement SBY klise, normatif dan tak bermakna. SBY sepakat menolak politik identitas yang berbahu SARA. Namun SBY juga menolak Islam Phobia, yang berujung pada mudahnya menuduh ormas sebagai ormas radikal. Ormas mana? HTI? Bukannya sudah lewat jalur pengadilan? Mudah bagaimana? Di negara-negara lain, HT sudah dibubarkan dulu-dulu. Indonesia baru saja. Mudah bagaimana? Pemerintah selalu dirongrong dengan demo berjilid-jilid sebagai wujud politik identitas yang sangat berbau SARA, dan pemerintah tidak memasalahkan. Mudah bagaimana? SBY juga bicara soal Pancasila sebagai dasar negara dan juga menolak ideologi lain: baik itu komunis atau upaya-upaya mendirikan negara agama. Loh koq bisa begitu, bukannya jamannya SBY berkuasa, Pancasila lenyap dari kehidupan bangsa Indonesia? Terlambat ingatnya…. SBY juga menyoroti netralitas TNI dan Polri pada pemilu 2019. Benarkah? Siapa yang mengganti Pangkostrad dengan adik iparnya menjelang pemilu?
3. Keseimbangan pembangunan manusia dan infrastruktur. Jamannya SBY njomplang luar biasa, karena pembangunan infrastruktur hampir tidak ada dan liberalisasi lembaga-lembaga pendidikan terus terjadi, akibatnya biaya pendidikan menjadi super mahal. Apanya yang seimbang? Think things over!
4. Pengelolaan negara harus lebih cakap. Cakap bagaimana? Bukannya menteri-menterinya SBY banyak yang maling: Andi Malarangeng, Siti Fadilah Sapari, Jero Wacik, dll? SBY lupa sejarahnya sendiri.
5. Lapangan pekerjaan dan kondisi ekonomi rakyat. Sudahkah SBY menengok data statistik dari BPS soal angka kemiskinan, tingkat pengangguran, dll dengan baik dan benar? Coba dibaca yang benar. Mustinya termasuk perlindungan TKI di Malaysia khususnya. Bukannya di jamannya SBY pembantaian TKI/TKW secara masif terjadi di Malaysia dan SBY tidak berkutik?
Sudahlah, sebaiknya SBY belajar memahami masalah secara utuh, memahami integritas dan sinergisitas sistem dengan baik dan mulai belajar berfikir yang sifatnya sustainable. Jangan Lupa kasus Wisma Atlit dan Hambalang yang mangkrak! Bahasa Menunjukan Bangsa Indonesia.
Ingat itu..!!!!!
Penulis : Ir. KPH. Bagas Pujilaksono Widyakanigara, M. Sc., Lic. Eng., Ph.D. (Universitas Gadjah Mada)