Esensinews.com – Presiden Amerika Serikat Donald Trump tiba di Inggris untuk kunjungan selama empat hari pada Kamis (12/7/2018). Kedatangan Trump tersebut merupakan kali pertama sejak terpilih menjadi presiden.
Selama berada di Inggris, Trump dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Theresa May dan Ratu Elizabeth II, serta menghabiskan akhir pekan di Skotlandia.
Tak hanya ditunggu sejumlah agenda penting, kedatangan Trump ke kerajaan tersebut juga disambut sejumlah aksi protes, yang dijadwalkan bakal digelar di London pada Jumat (13/7/2018).
Sebuah aksi demonstrasi massal yang diberi nama “Bersama Melawan Trump” tersebut direncanakan digelar pada Jumat, salah satunya dengan menerbangkan sebuah balon raksasa berbentuk bayi Trump.
Balon yang menggambarkan sosok presiden AS sebagai bayi yang menangis dan mengenakan popok tersebut akan diterbangkan di samping gedung parlemen Inggris.
Sementara dalam agenda pertemuannya dengan PM May, pemerintah Inggris mengharapkan tercapainya kesepakatan perdagangan dengan AS.
“Saat kami meninggalkan Uni Eropa maka kami akan mulai memetakan program baru untuk Inggris di dunia dan aliansi global yang akan lebih kuat dari sebelumnya,” kata May jelang kunjungan Trump.
May menambahkan, tidak akan ada aliansi yang lebih kuat dibandingkan dengan hubungan khusus dengan AS dan tidak ada aliansi yang lebih penting di tahun-tahun mendatang.
Tiba pada Kamis, Trump telah dijadwalkan hadir dalam acara makan malam resmi bersama para pemimpin bisnis di Blenheim Palace.
Hari berikutnya, Trump akan bertemu dengan PM May di sebuah markas pertahanan sebelum berpindah ke tempat peristirahatan perdana menteri.
Di hari yang sama, Trump akan berkunjung ke Kastil Windsor untuk bertemu dalam acara minum teh bersama Ratu Elizabeth II.
Rencana kunjungan Presiden Trump ke Inggris telah memicu kritik salah satunya dari parlemen oposisi yang mendukung petisi menuntut pembatalan kunjungan kenegaraan yang diperkirakan telah menelan anggaran keamanan hingga 10 juta poundsterling (sekitar Rp 189 miliar).
Sumber : AFP/The new Arab/Kompas