Esensinews.com – Ternyata dua tokoh dunia Perdana Menteri (PM) Perancis, Emmanuel Macron menjadi inspirasi Rizal Ramli (RR) maju pemilihan presiden (pilpres) 2018.
Khususnya, menjelang pencalonan dirinya sebagai salah satu penantang calon petahana Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019.
“Saya baru sadar saat pemilihan PM Perancis, (Emmanuel) Macron. Partai besar dan tokoh besar tidak disukai. Oleh karena itu apa yang dilakukan Marcon. Dia bikin partai, ada 200 ribu anggota di Facebook,” ujar RR saat berbincang bersama rekan-rekan akademisi dan praktisi politik yang tengah memperjuangkan gugatan terhadap Presidential Threshold (PT) di kediamannya, Tebet Barat Dalam, Jakarta Selatan, Senin (9/7/2018).
Selanjutnya Rizal menjelaskan, Macron hanya memfasilitasi rakyat yang menginginkan perubahan. Lalu, ia pun mendaftar sebagai anggota parlemen setempat. Padahal, partainya berada di level bawah.
“Boleh ikut pemilu karena rakyat pribadi mau perubahaan. Habis itu lalu pemilihan anggota DPR. Ternyata partai guremnya Macron menang besar, jadi partai mayoritas. Itulah sistem presidensil,” kata pria jebolan doktor Boston University ini.
Sempat dikisahkan Rizal ketika dia bertemu dengan PM Singapura Lee Kuan Yew sekira empat tahun lalu. Saat itu, Lee sempat menanyakan kepada RR terkait sistem pemilu di Indonesia.
Lee pun sempat menanyakan kepadanya apakah di Indonesia menerapkan presidensil atau parlementer, yang dijawab oleh Lee sendiri dan mengejutkannya.
“Kata dia (Lee), Indonesia tidak presidensil tapi parlementer. UU presidensil tapi parlementer. Kita (Indonesia) milih legislatif, lalu memilih presidensil,” ucapnya.
Dengan demikian, RR mengatakan mayoritas parlemen tidak perlu dagang sapi. Artinya, Menteri yang tidak ada keahlian, tidak perlu mengeluarkan uang.
“Artinya pilih dulu presiden, tiga bulan kemudian parlementer. Barulah saya mengerti pertanyaannya Lee,” tandas dia dengan keyakinan.
Editor : Christo