Ada yang mengatakan Pilkada 2018 kali ini serasa Pilpres, atau setidaknya menjadi alat ukur untuk menuju Pilpres 2019 yang akan datang.
Memang jika melihat pelaksanaan Pilkada 2018 dibeberapa daerah ini diikuti lebih dari separo jumlah pemilih secara keseluruhan tingkat nasional. Bayangkan saja untuk Jabar, Jateng, dan Jatim saja jumlah pemilihnya sudah sekitar 90 juta pemilih, belum lagi Sumsel, Sumut, hingga NTT dan Papua.
Untuk Pilgub 2018 ini ternyata ada fenomena politik yang sangat mengejutkan. Partai partai yang selama ini di identikkan mempunyai dua tokoh kunci yang siap bertarung di 2019, yakni Jokowi dan Prabowo, ternyata terbantahkan.
Dua partai tempat Jokowi dan Prabowo dibesarkan rontok secara keseluruhan. PDIP tempat Jokowi bernaung hanya memenangkan 23,5% calon yang didukungnya di berbagai daerah pemilihan, di Jawa PDIP tumbang, hanya menang di Jateng, itupun suaranya turun dua juta setengah lebih dibanding 2014 silam, sementara Gerindra yang di gawangi Prabowo hanya memenangkan di 17,6%, PKS 41,2%.
Sementara partai partai yang dianggap tidak mempunyai kader sendiri untuk dimajukan pada Pilpres 2019 yang akan datang justru dapat memenangkan calon yang diusungnya pada Pilgub 2018 kali ini.
Calon yang diusung Nasdem di beberapa wilyah misalnya mampu memenangkan 58,8%, PAN : 58,8%, Hanura : 52,94%, dan Golkar : 52,94%. Hal ini dapat disimpulkan kebesaran nama Jokowi dan Prabowo ternyata tidak berbanding lurus dengan perolehan suara partainya, atau ketokohan Jokowi dan Prabowo yang digadang-gadang sebagai dua poros kekuatan kunci untuk pilpres 2019 mendatang tak terbukti mampu mendulang suara, alias terbantahkan.
Melihat hasil pilkada 2018 kali ini, seperti kemenangan Khofifah di Jatim, Emil di Jabar, maupun Nurdin Abdullah di Sul Sel. semakin membuktikan Peluang Jokowi maupun Prabowo pada Pilpres 2019 yang akan datang sangat besar dikalahkan calon lain yang di nilai calon alternatif yang mempunyai ide dan solusi kebangsaan selain Jokowi dan Prabowo.
Rakyat semakin cerdas dalam memilih pemimpinnya. Dia yang tulus, banyak gagasan dan solusi memecahkan problem-problem kebangsaan dan kerakyatan akan mampu memenangkan kontestasi Pilpres di 2019 yang akan datang.
Sosok ekonom senior Dr. Rizal Ramli yang dikenal sebagai capres alternatif yang mempunyai banyak gagasan dan kapasitas sebagai seorang pemimpin nasional, mempunyai ketulusan keberpihakan rakyat, dan segudang pergaulan internasional menjadi semakin penting diperhitungkan dan berpeluang menang.
Sudah saatnya partai-partai yang selama ini hanya mengejar posisi cawapres, maupun sekedar mendukung Jokowi maupun Prabowo dan semata-mata berharap jatah dikabinet, mengambil jalan lain dengan mengusung Capres alternatif yang mengedepankan visi dan gagasan, seperti Capres Dr. Rizal Ramli yang mempunyai rekam jejak kinerja mengembirakan, besar kemungkinannya rakyat di 2019 akan menentukan pilihannya berdasarkan visi, gagasan dan keberpihakan, bukan semata-mata karena faktor pencitraan maupun oligarki kekuatan partai politik dan kekuatan uang.
Agenda Capres Alternatif Dr. Rizal Ramli yang akan mewujudkan pertumbuhan ekonomi hingga 10% selama lima tahun adalah kebutuhan riil rakyat, keadilan sosial dengan mengubah struktur ekonomi gelas anggur menjadi model struktur ekonomi seperti piramida, mereformasi pembiayaan partai politik, membenahi sistem pangan, dsb, adalah Agenda-agenda yang di harapkan rakyat dan untuk itulah Rizal Ramli berpeluang menang jika 2019 tampil sebagai kontestan Pemilihan Presiden.